2 Gambaran Perbedaan Posisi Hati Melalui Contoh Perasaan menurut Hujjatul Islam Imam Al Ghozali

Keajaiban hati, adalah diluar pengetahuan indera, karena hati juga diluar pengetahuan pancaindera. Apa yang diluar pancaindera, sulit dipahami, kecuali dengan contoh yang dapat dirasakan. Contohnya adalah sebagai berikut :

Suatu kolam, dimana airnya terdiri dari sumber yang jernih dan yang berasal dari sungai yang mengalir.

Hati seumpama kolam, dan ilmu umpama air. Pancaindera yang lima semisal sungai. Mungkin kadang-kadang ilmu dibawa kepada hati, dengan perantaraan sungai pancaindera dan pengambilan ibarat dengan penyaksian-penyaksian, sehingga hati itu penuh dengan ilmu, Mungkin sungai itu dihijab dengan khilwah, 'uzlah (mengasingkan diri) dan memicingkan mata. Juga berpegang pada dalamnya hati berupa penyucian dan mengangkatkan lapisan-lapisan hijab daripadanya, sehingga terpancarlah  amta air ilmu dari dalamnya.

Bila anda bertanya bagaimana ilmu itu terpancar dari hati itu sendiri, sedang hati kosong daripada ilmu?

Ketahuilah, bahwa ini termasuk sebagian keajaiban rahasia hati, tidak boleh menyebutkan  dalam "Ilmu Mu'amalah." Akan tetapi kadar yang mungkin disebutkan ialah,  bahwa hakekat sesuatu itu telah digariskan di dalam Luh Mahfudh, bahkan dalam hati para malaikat muqarrabin. Sebagaimana seorang arsitek mengambarkan denah rumah  pada kertas putih. Kemudian dikeluarkannya kepada "ada" yang bersesuaian dengan copy gambaran itu. Seperti itulah pencipta langit dan bumi, menulis copy alam dari permulaan sampai penghabisan pada luh mahfudh. Kemudian dikeluarkanNya kepada "ada" sesuai dengan copy tersebut. Alam yang telah keluar kepada "ada" dalam bentuknya itu, membawa bentuk lain kepada pancaindera dan khayalan.

Sesungguhnya orang yang menoleh ke langit dan ke bumi, kemudian memicingkan matanya, ia akan melihat bentuk langit dan bumi dalam khayalannya, seakan-akan ia menoleh kepadanya. Jika tidak ada langit dan bumi dan orang itu tinggal sendirian, maka ia memperoleh bentuk langit dan bumi dalam dirinya seakan-akan ia menyaksikan dan menoleh kepadanya. Kemudian dari khayalan itu membekas dalam hati. Berhasillah di dalam hati, hakekat segala sesuatu yang masuk di dalam pancaindera dan khayalan. Yang berhasil dalam khayalan itu, sesuai dengan alam yang ada pada dirinya, diluar dari khyalan dan hati manusia. Alam yang ada itu, sesuai dengan copy yang ada pada Luh Mahfudh. Maka seolah-olah alam memiliki empat tingkat pada "ada" yaitu: ada pada Luh Mahfudh. Ini mendahului dari jasmaniyah, dan diikuti oleh adanya yang hakiki. Adanya yang hakiki diikuti oleh, adanya khayalan, yakni ada bentuknya dalam khayalan, adanya dalam khayalan diikuti oleh adanya dalam pikiran, yakni ada bentuknya dalam hati.

Sebagian yang ada ini adalah rohaniyah (kerohanian) sedangkan sebagian lagi jasmaniyah. Sebagian kerohanian itu, lebih kuat daripada yang lain, dan kehalusan ini adalah hikmah ke-Tuhanan, karena ia menjadikan mata hitam anda dengan bentuknya yang kecil, dimana tercetak bentuk alam, langit bumi yang demikian luas, dalam mata hitam itu. Dari itu lahirlah khayalan hingga terwujud didalam hati.

Sesungguhnya anda selama-lamanya tidak mengetahui, selain dari apa yang sampai pada anda. Sekiranya alam tidak dijadikan contoh pada diri anda, maka tidak ada lagi berita dari sesuatu yang menerangkan diri anda. Maka Maha Suci Tuhan yang telah mengatur keajaiban ini didalam hati dan mata.

Adapun terbukanya pintu hati kepada pancaindera, tidaklah tersembunyi bagi anda. Tentang terbukanya pintu hati yang masuk ke alam malakut dn membaca Luh Mahfudh, mempelajarinya dengan ilmu yakin, dengan memperhatikan keajaiban mimpi. Hati melihat dalam tidur, apa yang akan terjadi pada masa depan, atau lebih ada pada masa lalu, tanpa dipetik dari segi pancaindera.

Sesungguhnya pintu itu terbuka bagi orang yang menyendiri berzikir akan Allah Ta'ala. Nabi saw bersabda: "Telah dahulu orang-orang yang menyendiri, beliau ditanya: "Siapa orang yang menyendiri (mufarrid) itu, wahai Rasulullah? Nabi menjawab:

"Orang yang bersenang-senang mengingat (berdzikir) kepada Allah Ta'ala. Dzikir itu menghapus dosa mereka. Lalu mereka datang pada hari kiamat dalam keadaan ringan. "Kemudian nabi Muhammad saw bersabda, mensifatkan mereka itu sebagai pengkabaran dari Allah Ta'ala: "Kemudian aku hadapkan mukaku kepada mereka. Apakah engkau melihat, siapakah yang Aku berhadapan dengan wajahKu? Seorang mengetahui, barang apa yang Aku maksudkan memberikannya." Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Yang pertama Aku berikan, ialah bahwa Aku lemparkan nur kedalam hati mereka, lalu mereka mengabarkan tentang Aku, sebagaimana Aku mengabarkan tentang mereka" ( HR Muslim dari Abu Hurairah)

Tempat masuknya kabar disini ialah pintu bathin (al bab al bathin)

Jadi perberdaan antara ilmu wali-wali dan nabi-nabi, antara ilmu pada 'ulama dan hukama, itulah yang tersebut tadi, yaitu: ilmu mereka datang dari dalam hati, dari pintu yang terbuka ke alam malakut. Ilmu hikmah itu datangnya dari pintu panca indera, yang terbuka ke alam mulki.

Keajaiban alam hati dan pulang perginya diantara alam syahadah (yang dapat disaksikan) dengan alam ghaib, tidak mungkin dibahas secara mendalam dalam "Ilmu Mu'amalah".

Contoh kedua: diperkenalkan kepada anda, perbedaan diantara dua amal, yaitu: amal para 'ulama dan amal para wali. Para 'ulama beramal dalam mengusahakan ilmu itu sendiri dan menarikkannya ke dalam hati. Wali-wali shufi itu beramal demi mencemerlangkan hati, mensucikan, membersihkan dan mengkilatkannya saja.

Diceritakan, bahwa ahli A dan B, saling berbangga dihadapan raja dengan indahnya mengukir serta membuat gambar. Raja memutuskan pendaparnya, guna menyerahkan kepada mereka, suatu ruang, agar supaya ahli A mengukir pada salah satu sudut, dan begitu juga ahli B memilih sudut yang lain. Diantara keduanya dibentangkan tabir, guna mencegah masing-masing pihak melihat satu sama lain. Ahli B mengumpulkan cat-cat yang ganjil, yang tiada terhingga jumlahnya, sedang orang A masuk ke tempat itu, tanpa membawa cat. Mereka mencemerlangkankan sudutnya serta menghaluskannya.

Ketika ahli B itu usai, maka ahli A itu mendakwakan, bahwa mereka telah selesai pula. Raja merasa heran dengan ucapan ahli A itu, bagaimana mereka selesai mengukir tanpa cat. Orang bertanya pada ahli A itu: " Bagaimana anda sudah selesai tanpa cat?" Ahli A itu menjawab: "Bagaimana tuan-tuan ini. Angkatlah tabir!" Mereka mengangkatnya. Tiba-tiba disudut mereka, bersinar cemerlanglah oleh keajaiban perbuatan orang-orang B, serta bertambah cemerlang dan kekilatan, karena sudut mereka telah bertambah seperti cermin yang mengkilat, karena banyaknya penghalusan. Lalu bertambah baik sudut orang A dengan bertambahnya penghalusan. Seperti itulah kesungguhan wali-wali mensucikan diri, membuat cemerlang, membersihkan dan menjernihkannya.

Bagaimana urusan itu adanya, maka hati orang mukmin tidak mati. Ketika mati, ilmunya tidak terhapus dan kejernihannya tidak akan keruh. Kepada inilah disyaratkan oleh Al Hasan ra dengan ucapannya: "Tanah tidak akan memakan tempat iman" Akan tetapi ia adalah jalan dan pendekatan diri kepada Allah. Adapun apa yang dihasilkannya dari ilmu itu dan apa yang dihasilkan, kebersihan dan kesediaan untuk menerima ilmu itu sendiri, maka tidak boleh tidak daripadanya. Tiada kebahagian bagi seseorang, selain dengan ilmu dan ma'rifah. Sebagian kebahagiaan itu lebih mulia dari pada yang lain, sebagaimana orang tidak kaya, selain dengan harta.

Ma'rifah adalah nur. Orang-orang mukmin tidak berlari menjumpai Allah Ta'ala, selain dengan nur mereka, Allah berfirman :

يسع نورهم بين ايديهم وبايمانهم

( Yas'a nuuruhum baina aidiihim waa bi aimaa nihim )

Artinya: "Cahaya mereka berlari dihadapan dan di kanan mereka" QS Al Hadid 12

Diriwayatkan pada susatu hadits: " Bahwa sebagian mereka diberi nur, seperti bukit, sehingga yang penghabisan dari mereka, adalah seorang laki-laki yang diberikan nur atas ibu jari kedua tapak kakinya. Lalu nur itu sesekali bercahaya dan sesekali padam. Apabila bercahaya, niscaya ia mendahulukan kedua tapak kakinya lalu berjalan. Dan apabila padam maka ia berhenti. Dan lewatnya mereka diatas shiratul mustaqiem, adalah menurut kadar nur mereka. Diantara mereka ada yang sekejap mata melaluinya, dan ada pula yang cepat seperti kilat. Diantara mereka ada yang melaluinya seperti awan dan ada yang melaluinya seperti jatuhnya bintang. Dan diantara mereka ada yang melaluinya seperti kuda yang larinya kencang di lapangan luas. Orang yang diberi nur diatas ibu jari tapak kakinya, merangkak-rangkak diatas muka, kedua tangan dan kedua kakinya. Ia menarik tangannya dan menggantungkan tangan yang lain. Sekujur tubuhnya kena api neraka. Maka ia terus menerus seperti ini sampai ia terlepas."

Demikian kurang lebihnya manusia tentang iman. Bila ditimbang iman Abu Bakar ra dengan iman isi alam semesta, selain para nabi dan rasul, maka lebih kuatlah iman Abu Bakar ra. Ini juga menyerupai ucapan orang yang mengatakan: " Bila ditimbang sinar matahari dengan sinar lampu seluruh nya, maka lebih kuatlah sinar matahari.

Maka iman masing-masing orang awam, sinarnya adalah seperti sinar lampu, sedangkan sebagian mereka ada yang seperti lilin. Iman orang siddiqien, sinarnya seperti sinar bulan dan bintang bintang. Iman para nabi seperti matahari. Sebagaimana sinar matahari kelihatan bentuk cakrawala, serta luas daerah-daerahnya dan tidak kelihatan pada sinar lampu, selain suatu sudut yang sempit dari rumah, maka seperti. Demikianlah lebih kurangnya kelapangan dada dengan ilmu dan terbukanya keluasan malakut bagi hati orang yang 'arifin. Karena itu tersebut dalam hadits :

"Sesungguhnya dikatakan pada hari kiamat: Keluarkanlah dari neraka, orang-orang yang ada iman dalam hatinya seberat biji sawi, setengah berat itu, seperempat berat itu dan seberat biji syair dan biji jagung" HR. Bukhari Muslim dari Abi Sa'id

Semua merupakan pemberitahuan tentang lebih kurangnya tingkat iman. Dan iman dalam kadar-kadar tersebut, tidak mencegah masuk neraka. Dapatlah dipahami, bahwa orang yang imannya melebihi berat tadi, tidak masuk neraka, karena kalau masuk disuruh mengeluarkan yang pertama-tama. Orang yang dalam hatinya iman seberat biji sawi, tidak mustahak kekak dalam neraka, walaupun ia masuk kedalamnya. Demikian pula sabda Nabi Muhammad saw:

"Tiada suatupun yang lebih baik dari seribu yang seumpamanya, selain manusia mukmin"  HR. Thabrani dan Ahmad dari Ibnu 'Umar

Ini menunjukkan keutamaan hati orang yang mengenal Allah Ta'ala dengan penuh keyakinan. Hatinya itu lebih baik dari seribu dari seribu hati orang awam. Firman Allah Ta'ala :

Wa antumul a'launa i kuntum mu'miniin

Artinya: "Kamu adalah lebih tinggi, kalau kamu benar-benar orang yang beriman" QS Ali Imran 139

Ayat ini menunjukkan kelebihan orang mukmin dari orang muslim. Yang dimaksudkan orang mukmin itu ialah, orang mukmin yang mengenal Allah, bukan orang yang taqlid. Allah Azza wa Jalla berfirman :


يرفع الله الذين امنوامنكملأ والذين اوبواالعلم درجت

(Yarfa'il laahul ladziina aamanuu minkum wal ladziina uutul 'ila darajaat)

Artinya: "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan kepada derajat yang tinggi." QS AL Mujaadalah 11

Jadi, yang dimaksudkan beriman disini, ialah orang-orang yang benar tanpa ilmu. Dan mereka dibedakan dari orang-orang yang diberi ilmu. Yang demikian menunjukkan bahwa nama "mukmin" tertuju kepada muqallid (orang yang taqlid) walaupun pembenarannya tanpa bashirah (melihat dengan mata hati) dan kasyaf (terbuka hijab).

Dengan bukti-bukti ini menjadi jelas bagi anda bahwa lebih kurangnya isi syurga menurut sedikit dan banyaknya (porsi) ma'rifah mereka. Karena itulah, hari kiamat itu adalah hari tipu menipu. Orang yang tidak memperoleh rakhmat Allah adalah megalami tipuan dan kerugian besar. Dan orang yang tidak memperoleh itu melihat diatas tingkatnya tingkat-tingkat yang tinggi.



                                                                    




Post a Comment

Previous Post Next Post