3 Perumpamaan atau contoh tentara hati serta tentara bathin menurut Hujjatul Islam Imam Al Ghozali

     

Perlu diketahui bahwasanya tentara marah dan dan tentara nafsu syahwat, kadang kadang keduanya tunduk kepada hati dengan sempurna. Hal yang demikian itu dapat menolong hati ke jalan yang akan ditempuhnya. Akan baik dan bagus pengawasan keduanya dalam perjalanan yang dilaksanakan oleh hati.

Terkadang keduanya ( tentara marah dan tentara nafsu syahwat ) mendurhakai hati dengan menolak dan menantang. Sehingga keduanya itu memiliki hati dan memperbudaknya. Pada yang demikian ini , kebiasaan dan terputusnya hati dan perjalanan, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan yang abadi.

Hati juga memiliki tentara lain yaitu ilmu, hikmah dan pemikiran. Dan menjadi hak hati untuk meminta pertolongan kepada tentara ini. Sesungguhnya tentara ini adalah tentara Allah Ta'ala (hizbullah) terhadap dua tentara yang tersebut diatas. Dan sesungguhnya dua tentara tersebut, terkadang berhubungan dengan tentara syetan. Jika hati itu tidak meminta pertoloangan sehingga tentara marah dan tentara nafsu syahwat menguasai dirinya, akibatnya hati itu akan binasa dan merugi.

Begitulah keadaan kebanyakan manusia. Akal pikirannya tunduk kepada nafsu syahwatnya dalam mencari daya upaya memenuhi  nafsu syahwat itu. Dan sewajarnya kalau nafsu syahwat itu tunduk kepada akal pikiran. mengenai sesuatu yang diperlukan oleh akal pikiran.

Ada tiga contoh akan hal tersebut diatas.

Pertama : Jiwa manusia dalam tubuhnya dimaksudkan dengan jiwa halus (lathifah), adalah seperti Raja dalam kota dan Kerajaannya.

Sesungguhnya tubuh itu kerajaan jiwa (nafsu), alamnya, tempat kedudukannya dan kotanya. Anggota anggota tubuh dan kekuatannya adalah seperti pekerja. Kekuatan akal (aqliah) yang berpikir itu adalah seperti penasehat dan menteri yang berakal pikiran. Nafsu syahwatnya adalah seperti penjahat yang mengambil makanan dan meyimpannya (al mirah)  ke kota.

Amarah dan panasnya hati karena kemarahan adalah seperti orang yang mempunyai polisi. Dan penjahat yang membawa al mirah itu pembohong, pericuh, penipu yang keji yang membuat dirinya menakutkan dan racun yang membunuh. Sifat dan kebiasaannya itu bertentangan bagi menteri yang  menasehati dalam semua pendapat dan pengaturannya, sehingga tidak terlepas sesaatpun dari perlawanan dan penantangnya.

Sebagaimana raja dalam suatu kerajaan, apabila ia merasa cukup dengan peraturan menterinya serta ia bermusyawarah dengan menterinya itu dan menolak isyarat dari penjahat yang keji tadi. berdalilkan  dengan isyaratnya bahwa yang benar adalah yang berlawanan dengan pendapat penjahat itu, niscaya raja itu telah dituntun oleh kepala polisinya dan bertindak bijaksana bagi menterinya. Ia menjadikan menterinya tempat musyawarahnya, yang berkuasa dari pihaknya terhadap penjahat itu, pengikut pengikutnya dan pembantu pembantunya, sehingga penjahat itu disiasati dan tidak menyiasati, disuruh dan diatur, tidak menyuruh dan mengatur. Luruslah urusan negeri raja tersebut dan lantaran demikian teraturlah keadilan.

Begitulah nafsu (diri), maknakala ia meminta tolong kepada akal dan memperoleh tuntuan dengan penjagaan marah. Dan annafs itu menguasai kekerasan marah atas keinginan (syahwat), meminta tolong antara yang satu dengan yang lain, suatu saat dengan meminimalisir derajat marah dan meluap luapnya  dengan menantang syahwat (keinginan) dan menaikannya setingkat demi setingkat.

Kadangkala dengan mencegah dan memaksakan syahwat dengan berkuasanya marah, kepanasan hati kepadanya serta memandang keji kehendak kehendak syahwat itu, maka berlaku adillah semua kekuatan diri (an nafs) dan baguslah tingkah lakunya.

Orang yang berpaling dari jalan ini, adalah seperti yang difirmankan Allah swt :

افرءبت من اتخذ الهه هوه واضلهاللهءلءلم

( a fara aita man ittakhadza ilaahahu hawaahu wa adlallahu ilaahu 'alaa 'ilmin ) QS Al A'raf 176

Artinya : " Adakah engkau lihat orang yang mengambil keinginan (nafsunya) menjadi tuhannya? Dan Allah membiarkan sesat menurut pengetahuan "


Kedua : Tubuh itu seperti kota. Dan akal yaitu yang mengetahui dari manusia adalah seperti raja yang mengatur kota itu. Kekuatan manusia yang mengetahui, yang terdiri dari pancaindera zahiriah dan bhatiniah, adalah seperti tentara dan pembantu pembantunya. Anggota bandan seperti rakyaknya.

Nafsu yang menyuruh kepada kejahatan (nafsu amarah), ialah nafsu syahwat. Dan amarah adalah seperti musuh yang menantangnya dalam kerajaan, yang berusaha membinasakan rakyatnya. Jadilah badannya seperti pasukan dan benteng, dan nafsunya seperti orang yang menentang dalam benteng, yang menjaga pasukan.Kalau ia berjuang dalam menghadapi musihnya dapat menghancurkan dan memaksakan musuh itu menurut keinginannya, niscaya akibatnya adalah terpuji, apaabila ia kembali ke hadlirat Tuhan, sebagaimana yang difirmankanNya :

والمجهدون فى سبي الله باموالهم وانفسهم فضل الله المجهدين باموالهم وانفسهم ءل القعدين درجه

(wal mujaahiduuna  fi sabiilillahi bi amwaalihim wa anfusihim, fadl dlalal laahul mujaahidina bi amwalihim wa anfusihim 'alal qaaidina darojah)

Artinya : " Dan orang orang yang berjuang dijalan Allah, dengan harta dan dirinya. Allah melebihkan tingkatan orang orang yang berjuang dengan harta dan dirinya dengan orang orang yang tinggal duduk" QS Annisa  95.

Bila ia menghilangkan bentengnya dan menyia-nyiakan rakyatnya maka tercelalah akibatnya. Maka ia dituntut balas atas perbuatannya tersebut disisi Allah. Dikatakan padanya pada hari kiamat : " Hai pemimpin jahat engkau makan daging dan minum susu, engkau tidak mengembalikan benda yang hilang dan tidak menampilkan yang pecah. Pada hari ini engkau dituntut balas.


Ketiga :  Akal itu seperti pengendara kuda, yang pergi berburu. Nafsu syahwatnya seperti kudanya. Dan marahnya adalah seperti anjingnya. Manakala pengendara kuda itu cerdik, kudanya terlatih dan anjingnya terdidik diberi ajaran, maka wajarlah ia memperoleh kemenangan>. Manakala ia sendiri tidak pandai bekerja, kudanya liar melawan dan anjingnya buas, lalu kudanya tidak bangun mematuhi perintahnya dan anjingnya tidak dilepaskan dengan mematuhi petunjuknya, maka wajarlah ia mendapat kebinasaan. Lebih lebih lagi dalam mencapai apa  yang dicarinya.

Tidak pandainya bekerja pengendara kuda itu, adalah seperti bodohnya manusia. Kurang kebijaksanaannya dan tumpul pandangannya. Melawan kuda itu tak ubahnya seperti kerasnya nafsu syahwat, lebih lebih syhwat kerut dan seksual. Buasnya anjing seperti kerasnya dan berkuasanya kemarahan. Kita memohon kepada Allah akan taufik yang baik dan kasih sanyangNya.

Post a Comment

Previous Post Next Post