1. S y a r i 'a t
Syari'at artinya adalah undang-undang atau garis-garis yang telah ditentukan. Termasuk ke dalamnya hukum-hukum halal dan haram yang diperintahkan dan yang dilarang, yang sunnat dan yang makruh. Termasuk didalamnya segala amalan yang lain, sholat, puasa, zakat, haji dan berjihad dijalan Allah, menuntut ilmu dan lain-lain. Segala perbuatan yang dikerjakan oleh orang Islam, tidaklah keluar dalam garis suatu hukum, sekurang-kurangnya yang mubah, artinya yang boleh dikerjakan. Maka meluaslah syari'at itu mengenai segenap perjuangan hidup, ekonomi, sosial dan politik.
Maka meluaslah syari'at itu mengenai segenap perjuangan hidup, menurut garis syari'at mengenai segenap perjuangan hidup, menurut garis syari'at yang telah diberikan contoh teladannya oleh nabi Muhammad SAW sendiri. Amal syari'at itu dibaginya dalam dua bagian, yaitu Ta'abbudi dan Ta'aqquli. Yang Ta'abbudi artinya bersifat semata-mata ibadah. Misalnya sholat zuhur empat raka'at, wukuf di Arafah, melempar jumrah di Mina dan lain-lain. Atau mengapa bulan ramadhan dipilih menjadi bulan untuk berpuasa secara bersama-sama. Semuanya termasuk dalam Ta'abbudi, yang wajib dikerjakan dan tidak boleh diubah-ubah, dan tidak berkehendak pada pertanyaan-pertanyaan apa, yang, sebabnya, sekian, apa sebabnya melempar dan lain-lain karena setiap agama mempunyai syi'ar sendiri-sendiri.
Inilah yang termasuk "dogma" yaitu kepercayaan beragama. Segala agama dan segala faham mempunyai bagian yang dogmatis.
Yang Ta'aqquli ialah yang dapat ditimbang dengan akal. Yang dapat dipikirkan, disinilah beredarnya sebab sabab dan musaba.Illat dan hukum. Maka berkembanglah agama itu di bagian Ta'aqquli menurut perkembangan waktu dan tempatmya.
2. T h a r i q a t
Apa yang menjadi tujuan dengan mengerjakan syri'at? Apakah ibadah itu semata-mata ibadah? Siapa yang disembah? Siapa yang dituju? Ialah keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tuhan yang kita cintai. Maka diantara makhluk dengan khalik (pencipta) itu adalah perjalanan hidup, yang harus kita tempuh. Inilah yang dikatakan thariqat (jalan). Dan ikhtiar kita menempuh jalan itu dinamai suluk (memperbaiki akhlak, mensucikan amal dan menjernihkan pengetahuan)
Jadi syari'at kita kerjakan haruslah diatas jalan tertentu. Sehingga tidak melenceng dan tersesat dari pada tujuan yang akan ditempuh yaitu Tuhan.
Disinilah susahnya mulai memasuki ilmu batin tadi, Dan disinilah diaturnya beberapa syarat-syarat perjalanan yang harus dipenuhi.
Beberapa kalimat yang termasuk dalam lingkungan thariqat, misalnya :
I. Ikhlas, yaitu yang suci murni. Ibarat emas asli, tidak bercampur dengan logam dan tidak pula sepuhan atau imitasi.
II. Muraqabah, artinya senantiasa mengintip dan mengintai dari dekat, apa-apa kemestian yang harus dilakukan menujun Tuhan tadi.
III. Muhasabah, artinya memperhitungkan keadaan diri sendiri, supaya mendengar kelayakan menjadi murid (penuntut). Dihitung apa kelalaian, apa kekurangan. Sehingga dengan demikian bertambah naiklah dari satu tingkat ke lain tingkat yang lebih tinggi. Menuju tingkat itu disebut maqamat.
IV. Tajarrud, artinya melepaskan segala ikatan apapun yang akan merintangi diri dalam menuju jalan itu. Misalnya kemegahan, hawa nafsu dunia, pangkat, kedudukan. Menurut fatwa sebagian mereka : "Cintailah yang memberi nikmat, dan janganlah dicintai nikmat yang diberikan".
V. Isyq, rindu. Maka makhluq dinamai 'Asyiq. Dan Khalik dinamai Ma'syuq. Sebagaimana pernah disampaikan oleh DR. Haji Abdul Karim Amrullah: " Rinduilah Tuhan, melebihi rindumu kepada segala kekasih. Sebab kekasih yang lain akan kita tinggalkan atau meninggalkan kita. Tetapi Tuhan sebagai kekasih, Dia-lah yang kita tuju"
VI. Hubb, artinya cinta, karena cinta dan rindu dendamlah pada hakikatnya yang mendorong manusia untuk melangkah maju dan mundur seperti tarikan magnit buat menambah dekat diantara Asyiq dan Ma'suyuknya. Dan dengan habb atau 'Isyq seluruh alam ini dijadikan dan diciptakan'
Nama Tuhan itu ialah Rahman dan Rahim ( pengasih dan penyayang). Maka nampaklah paduan cinta itu meliputi akan seluruh alam. Langit merindukan bumi, Matahari merindukan bulan, lautan merindukan daratan. Dan pertalian seluruh planet dan bintang-bintang, adalah pertalian rindu, dendam dan cinta. Itulah sebabnya maka tidak terjadi benturan diantaranya. Lihatlah kata shufi, air mengalir dari puncak bukit , mengenai tanah-tanah yang tandus, sehingga menghidupkan yang telah mati. Air itu mengalir terus sampai ke laut. Dalam lautan luas itu berkumpullah ia kembali, menjadi hujan, turun kembali ke bumi, menyuburkan bumi yang haus akan siraman air.
Maka tiap-tiap mursyid mencari dan mendapat jalan. Bahkan sebanyak nafas orangpun tersedialah jalan itu.
3. H a k i k a t
Hakikat yaitu kebenaran sejati dan mutlak. Yang padanyalah ujung segala perjalan, bagaimanapun jauhnya. Akhir daripada segala langkah, tujuan segala jalan (thariqat). Untuk-Nya-lah syari'at dan undang-undang.
Didalam perjalanan menuju hakikat itu, orang memulai dari dalam dirinya sendiri. Untuk mengenal Tuhan, kenalilah diri sendiri. Perjalanan itu dimulai dari dalam dan ke dalam. Sehingga serba alam dengan keindahan dan keganjilannya, hanyalah untuk saksi pencari diri.
Disini terjadilah cara yang didapat oleh ahli suluk (ahli perjalanan). Setengahnya karena sangat asyiknya, dirasainyalah bahwa dirinya tak ada.Yang ada hanya yang ada. Yang ada ialah yang awal. Tidak ada permulaan dan akhir, tidak ada kesudahan. Adapun diri sendiri dan alam seluruhnya tidaklah ada. Sebab awalnya 'adam (tidak) dan akhirnya fanaa (lenyap).
Apabila Thariqat itu telah dijalani dengan segenap kesungguhan, setia memegang segala syarat dan rukunnya, akhirnya tentu bertemulah dengan Hakikat. Awalnya tercapailah kasyaf, yaitu dinding. Diniding tebal yang memisahkan antara kita dengan Dia, adalah hawa nafsu dan kebendaan. Itulah gunanya Tajjarud, melepaskan segala ikatan atas diri. Apabila rohani telah mencapai kesempurnaan, takluklah jasmani kepada kehendak rohani. Pada waktu itu tidak ada sakit lagi, tidak ada miskin lagi.
Disini ada dua macam pendirian mereka, setengahnya timbul pendirian hulul, yaitu timbul kesatuan diantara asyiq dan ma'syuq. Sehingga Aku adalah Dia, dan Dia adalah Aku. Dan Ana'l-Haq (akulah kebenaran itu).
Disinilah mulai terjadi reaksi yang amat hebat diantara ulama fiqih denga ulama shufi.
Tentu saja ada yang menolak keras, dan pula yang membela. Yang menolak karena faham ini telah menyalahi pokok agama, bahwasanya Tuhan dan makhluk tidaklah satu. Tuhan yang menjadikan, makhluk yang dijadikan. Tetapi ada yang membela. Katanya jika orang telah dimabuk cinta dan rindu, diliputi oleh perasaan-perasaan yang lebih dari pada yang dapat dipikirkan dengan fiqih.
Maka datanglah faham mengetahui, yaitu hulul, tidak mungkin. Yang mungkin hanyalah ittishal yaitu hubungan antara Aku dan Dia. Aku makhluk dan Dia Khalik. Zat-Nya lain dan zatku bukan Zat-Nya.
4. M a ' r i f a t
Ma'rifat artinya ialah ujung perjalanan dari Ilmu Pengetahuan. Ilmu ialah usaha mengetahui keadaan suatu barang, tetapi ma'rifat menanyakan sebabnya dan nilainya. Misal kata Ilmu, dua kali dua sama dengan empat. Maka ma'rifat tidak hemdakl mencukupkan perjalanan sehingga itu saja. Dia masih bertanya: "Mengapa jadi empat dan siapa yang menjadikan empat ?"
Orang yang mempunyai ma'rifat dinamakan 'arif. Kumpulan pengetahuannya tentang syari'at, dengan kesediaannya menempuh jalan (thariqat) dan mencapainya akan hakikat, semua itulah yang ma'rifat. Jadi ma;rifat adalah kumpulan ilmu pengetahuan, perasaan, pengalaman, amal dan ibadah. Kumpulan dari Ilmu dan Agama< Kumpulan dari Manthik (logika), Keindahan (estetika) dan Cinta.