Part - 1 Kekhususan hati menurut hujatul Islam Imam Al Ghozali

Sebenarnya kita ketahui bahwasanya  nafsu syahwat,, kemarahan, pancaindera baik yang lahir maupun bathin selain dimiliki oleh manusia, juga dimiliki oleh hewan. Sehingga seekor kambing yang melihat serigala dengan matanya, ia tahu dengan hatinya akan permusuhan dengan serigala itu. Maka larilah ia menjauhi serigala itu.

Hal yang demikian itu adalah pengetahuan bathin (al idrakul bathin). Oleh karena mari kita membahas hal yang khusus mengenai hati manusia dan berhak untuk dekat dengan Allah Ta'ala. yaitu kembali kepada ilmu dan kemauan (iradah)'

Ilmu adalah : mengetahui segala urusan dunia akhirat serta segala hakekat yang berhubungan dengan akal (haqaiq "aqliyah). Ini semua adalah urusan yang diluar yang dirasakan oleh pancaindera. Dalam hal ini hewan tidak ada persamaan dengan manusia. Bahkan pengetahuan yang meliputi keseluruhan, yang dlaruri, adalah hal hal yang khusus bagi akal. Karena manusia menetapkan bahwa tidak tergambar pada pikiran, orang seorang yang berada pada dua tempat pada satu keadaan. Ketetapan ini berlaku pada semua orang.

Sebagaiman dimaklumi, bahwa tidak dapat diketahui dengan pancaindera, selain oleh sebagian orang. Maka menetapkannya kepada semua orang, adalah melebihi daripada apa yang dapat diketahui oleh pancaindera.

Apabila ini telah dipahami oleh ilmu zahir dlaruri, maka lebih terang lagi pada ilmu nadlari.

Tentang kemauan,  sesungguhnya apabila dapat diketahui dengan akal, akan akibatnya sesuatu dan jalan memperbaikinya, tentu tergeraklah daripadanya keinginan untuk memperbaiki, mencari sebab sebabnya.

Dalam hal ini selain dari kemauan nafsu syahwat dan kemauan hewan, bahkan adalah berlawanan dengan nafsu syahwat, karena nafsu syahwat itu lari dari berbetik dan berbekam, sedangkan akal menghendaki, meminta dan meyerahkan harta untuk hal yang demikian.

Nafsu syahwat itu cenderung kepada makanan makanan yang enak pada waktu sakit, dan orang yang berakal memperoleh pada dirinya menolak. Yang demikian itu bukanlah nafsu syahwat.

Jika dijadikan oleh Allah, akal yang mengetahui akibat segala hal dan tidak dijadikanNya pembangkit ini, yang menggerakkan semua anggota, menurut aturan akal, maka ketetapan (hukum) akal itu hilang lenyap.

Jadi hati manusia itu terkhusus dengan ilmu dan kemauan, yang terlepas hewan yang lain daripadanya. Bahkan juga anak kecil, terlepas daripadanya pada permulaan lahirnya. Baru datang yang demikian itu, sesudah dewasa (baligh). Adapun nafsu syahwat, kemarahan dan pancaindera zahiriah dan bathiniah, sesungguhnya hal itu terdapat pada anak kecil. Kemudian dalam memperoleh ilmu pengetahuan ini, anak kecil itu memiliki dua tingkatan.

Tingkat pertama : Bahwa hati anak kecil itu melengkapi kepada ilmu dlaruri pertama yang lain. Seperti ilmu tentang mustahilnya segala hal yang mustahil dan jawaznya (boleh ada boleh tidak) segala yang jawaz yang zahiriah. Ilmu nadlariah tidak berhasil pada tingkat ini, kecuali bahwa ia telah menjadi kemungkinannya dan dekat akan keberhasilannya.

Anak kecil jika dihubungkan dengan ilmu pengetahuan, adalah seperti halnya seorang penulis, yang tidak mengenal dalam hal penulisan, selain tinta, pena serta huruf huruf tunggal yang tidak tersusun, dan belum lagi sampai kesana.

Tingkat kedua : keberhasilan ilmu pengetahuan pada anak kecil adalah dapat diusahakan dengan pengalaman dan pemikiran. Ilmu pengetahuan adalah seperti simpanan pada dirinya. Bila ia mau, maka ia akan kembali kepadanya. Hal itu sama masalahnya dengan orang yang pandai menulis, karena dikatakan kepadanya penulis, walaupun ia tidak langsung menulis, disebabkan kemampoan pada penulisannya itu,

Post a Comment

Previous Post Next Post