Part - 2 Empat Sifat sifat hati manusia : Hati merupakan cermin menurut Imam Al Ghozali

Hati adalah cermin yang telah diliputi oleh hal hal yang telah membekas. Bekas bekas itu secara bersambung akan sampai kepada hati, adpun bekas bekas yang terpuji maka akan menambah kecemerlangan cermin hati, bersinar, cemerlang, nur, dan terang, sehingga dengan kecemerlangan itu menjadi nampak jelas akan kebenaran, dan terbukalah hakekat urusan yang dicari dalam agama. Kepada contoh hati inilah, diisyaratkan dengan sabda Nabi saw :

اذا ارادالله بعبد خيرا جعل له واعظ من قلبه

(idzaa araadal laahu bi 'abdin khairan, ja'ala lahu waa'idhon min qalbihi)

Artinya: "Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan pada seorang hamba, niscaya dijadikanNya orang itu memperoleh pelajaran dari hatinya" HR Abu Manshur Ad Dailamy dari ummu Salmah.

Hati inilah yang menetap ingatannya kepada Allah, seperti yang difirmankan Allah:

الا بذ كراللهتطمءن القلوب

( Alaa bi dzikrillahi  tath mainnul qullub )

Artinya: " Ketahuilah, bahwa dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram " QS Ar Rad 28

Adapun bekas bekas yang tercela, adalah seperti asap yang menggelapkan yang baik kepada kaca hati. Ia senantiasa bertambah tebal, secara terus menerus, sehingga hati itu hitam dan gelap. Secara keseluruhan hati itu menjadi tertutup ( terhijab ) daripada Allah Ta'ala, yaitu tabiat dan bisa karatan.

     Allah Ta'ala berfirman :

كلا بل ران عل قلوبيهم ما كانوا يكسبون

(Kalaa bal raana 'alaa quluubiihim maa kaanuu yaksibuun)

Artinya :" Jangan berpikir begitu! Bahkan apa yang telah mereka kerjakan itu, menjadi karat pada hati mereka " QS Al Muthaffifin 14

     Dan firmannya pula :

ان لو نشاء اصبنهم بذنوبه   ونطبع ءل قلوبهم فهم لا يسمعون

( An lau nasyaa u ashobnaahum bidzunuubihim wa nath ba'u 'alaa  quluubihim fahum  laa yasma'uun)

Artinya : "Bila kami mau, niscaya mereka akan kami binasakan, disebabkan dosa mereka. Dan kami capkan hati mereka, sehingga mereka tidak mendengarkan" QS Al A'raf 100

Tidak mendengarkannya itu dikaitkan dengan mencapnya segala dosa, adalah sebagaimana mendengar dikaitkan dengan taqwa.

Allah Ta'ala berfiman : 

واتقواالله واسمعو

( wat taqul laaha was ma'uu)

Artinya : "Bertaqwalah kepada Allah, dan Allah mengajar kamu" QS Al Maidah 108

Manakala dosa itu sudah menumpuk ( berlapis lapis ), maka tertancaplah diatas hati. Pada saat itu menjadi butalah hati dari mengetahui kebenaran dan kebaikan agama. Ia menganggap mudah (sepele) urusan akhirat, dan sebaliknya membesarkan urusan dunia, dan jadilah cita citanya terbatas pada dunia.

Dan apabila pendengarannya diketuk dengan urusan akhirat dan bahaya bahaya yang ada di akhirat, Maka masuk dari dari telinga yang satu dan keluar dari telinga yang satu lagi. Tidak menetap dalam hati dan tidak menggerakkannya kepada taubat serta memperoleh yang hilang. Merekalah  orang orang yang telah putus asa dari akhirat, sebagaimana putus asanya orang orang kafir yang didalam kubur.

Inilah artinya hitamnya hati disebabkan dosa, sebagaimana dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah. Maimun bin Mahran berkata: Apabila seorang hamba Allah berdosa dengan sesuatu dosa, maka menitiklah pada hatinya suatu titik hitam. Apabila ia mencabut dirinya dari dosa itu dan bertaubat dan hati itu berkilau kembali. Kalau ia kembali berbuat (dosa) lagi, maka ditambahkan pada titik hitam itu., sehingga hatinya tinggi. Maka itulah yang disebut karat'

Mentaati Allah dengan menantang hawa nafsu itu melicinkan hati, dan berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala itu menghitamkan hati. Orang yang menghadapkan dirinya pada perbuatan maksiat, maka hitamlah hatinya. Orang yang berbuat kebajikan sesudah kejahatan serta menghapus bekas kejahatan itu, maka hatinya tidak gelap, akan tetapi cahayanya berkurang, seperti kaca yang padanya kena hembusan nafas, kemudian disapunya dengan bernafas lagi, kemudian disapunya. Maka kaca itu tidak terlepas dari kekeruhan.

Post a Comment

Previous Post Next Post