Perlu diketahui untuk para penuntut ilmu. Bahwa hasrat yang bulat dan haus akan ilmu, ada pada dirimu, maka jangan sampai terlintas dalam niat dan tujuanmu memperoleh ilmu, untuk kebanggan diri, kesombongan, untuk mengungguli kawan kerabat dan untuk menarik perhatian orang lain serta untuk usaha mencari dan mengumpulkan harta dunia. Kalaupun tujuanmu seperti itu, maka kamu termasuk orang yang meruntuhkan agamamu, merusak dan menghancurkan dirimu sendiri dan menjual akhirat dangan dunia. Maka jika demikian, ibarat orang berdagang kamu merugi dan usahamu bangkrut.
Orang-orang yang mengajarmu pun turut serta dalam kerusakan dan kerugian itu. Ia bagaikan orang yang menjual senjata kepada perampok, sesuai dengan sabda Nabi saw :
من اعان عل معسية ولو بشطر كلمة كان شريك له فيه
( man a'aana 'ala ma'shiyatin wa lau bi Syathri kalimatin kaana syariikan lahu fiiha )
Artinya : "Barangsiapa membantu kepada kemaksiatan walaupun hanya dengan sepatah katapun, maka ia termasuk bersekutu didalamnya"
Sebaliknya pula, kalau niat dan tujuanmu menuntut ilmu itu, karena dirimu perlu dan demi Allah Ta;ala, untuk memperoleh petunjuk dan bimbingan, bukan hanya sekedar mencari keterangan dan berita, maka berbahagialah kamu. Sebab para malaikat akan melindungi langkahmu dengan sayap mereka dan segenap satwa di laut memohonkan ampun untukmu ketika kamu bertindak.
Oleh sebab itu perlu diketahui lebih dulu, bahwa petunjuk (hidayah) sebagai buahnya ilmu itu ada awal permulaannya dan akhir penghujungnya, ada lahir ada batin. Tak seorangpun dapat sampai keujung sebelum melalui dan mengukuhkan awalnya. Tak seorangpun dapat memiliki dasar batin sebelum tampak permukaan lahirnya.
Maka disinilah dibutuhkan bimbingan awal, supaya dengan permulaan itu, maka dapat melatih dan menguji hati dan nafsumu. Bila hatimu suka, nafsumu patuh dan mau menerima bimbingan awal itu, maka naiklah kamu ke ujung petunjuk dan terjun ke dalam samudera ilmu.
Tetapi jika sebaliknya, ketika hatimu diahapkan pada awal bimbingan itu merasa bosan dan malas, maka ketahuilah, bahwa keinginan yang timbul dari hatimu untuk memperoleh ilmu itu semata-mata karena dorongan nafsu jahat, yaitu Nafsu ammaratu bissu'i, Nafsu yang ditimbulkan oleh syetan yang terkutuk, yang menggunakan tipu daya seperti tali yang ditarik sedikit demi sedikit agar kamu terjerumus ke dalam ghumratil hilak ( kerusakan yang amat sangat ).
Oleh sebab itu berhati-hatilah. Jangan sampai kamu terbujuk dan terperangkap oleh tipu daya syetan. Sungguh celaka bagi orang yang bodoh tapi tak mau menuntut ilmu. Dan sungguh lebih celaka lagi bagi orang yang memiliki seribu kepandaian tapi tak mau mengamalkannnya.
Ketahuilah bahwa orang yang menuntut ilmu itu dapat digolongkan kedalam (3)tiga golongan:
Pertama : orang yang menuntut ilmu demi kepentingan dan bekal untuk hari kemudian. Tujuannya adalah karena semata-mata mengharap ridha Allah swt dan demi kemuliaan hari akhirat yang kekal abadi. Golongan inilah yang akan mendapat keselamatan dan kesentosaan.
Kedua : orang yang menuntut ilmu untuk kepentingan membantu mencari penghidupan di dunia ini, kemudian untuk memperoleh kemuliaan, pengaruh dan kemegahan dunia dan harta benda. Pada dasarnya ia menyadari akan kesalahan niatnya itu, dan dalam lubuk hatinya ia merasa tidak berharga dan tujuannya itu sangatlah hina. Orang semacam ini sangat menghawatirkan dan berbahaya, sebab bila ajalnya datang sedangkan ia belum bertobat, maka hidupnya akan berakhir dengan kejelekkan dan nasibnya tergantung Allah jua. Tetapi bila ia sempat bertobat sebelum ajal dan kemudian segera menyesuaikan segala amalnya yang diabaikan dengan kebaikan, maka ia akan kembalio masuk ke dalam golongan orang yang selamat dihadapan Allah. sebab seseorang yang telah bertobatdari suatu dosa sama seperti orang yang tak berdosa.
Ketiga : orang yang dalam pengaruh syetan. Semua ilmu yang didapatnya hanya semata-mata untuk kepentingan dunia, untuk menambah kekayaan, untuk meluaskan pengaruh, kebanggan dirinya karena banyak pengikut. Ia tak segan -segan menggunakan ilmunya untuk menguasai dan menempuh jalan sesat asal memberi keuntungan dunia yang berlimpah. Sesunguhnya dalam hatinya mengakui bahwa Allah tidak akan rela dengan segala perilakunya itu. Karenanya ia tak dapat digolongkan sebagai orang yang berilmu, sebab ia termasuk orang yang digelapkan oleh syetan. Orang yang seperti itu akan hancur rusak bersama kebodohannya, mudah terperdaya dan sulit diharapkan untuk bertobat. Sebab ia beranggapan bahwa semua perbuatannya itu seluruhnya baik. Maka jelaslah bahwa kehidupannya lahir dan batin hanya untuk kepentingan dunia.
Demikianlah itu tiga golongan penuntut ilmu yang sering lupa akan akhir tujuan hidupnya. Mereka tidak lagi mengingat firman Allah yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan?"
Dan dipertegas lagi dengan sabda Rasulullah saw : "Aku menghindar dari Dajjal, dan aku khawatir kalau-kalau kamu terpikat oleh Dajjal" Kemudian seseorang bertanya : "Siapakah Dajjal itu ya Rasulullah ?" Jawab beliau : " Ulama yang jahat "
Hal itu merupakan bahwa tujuan Dajjal untuk membawa manusia ke jalan yang sesat. Maka ahli ilmu sebagaimana yang diterangkan pada golongan yang ketiga tadi, meskipun ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, sebenarnya ia mengajak kepada sebaliknya, sebab perbuatan mereka lebih nyata ketimbang dari kata-kata. Sudah menjadi kebiasaan manusia secara umum lebih mudah meniru perbuatan dari pada pelaksanaan kata-kata. Jadi kejahatan akibat perbuatan dari ahli ilmu itu lebih jahat dan lebih berbahaya daripada kemaslahatan akibat ucapan-ucapannya. Karena orang-orang yang tidak mengerti tidak mungkin akan terjerumus ke lembah dunia yang hina tanpa mereka menyaksikan perbuatan dan tindakan para ahli ilmu itu.
Dengan demkian, ilmu orang yang termasuk dalam golongan ketiga diatas, telah menyebabkan hamba-hamba Allah durhaka kepada Allah. Dan walaupun dalam keadaan demikian,, hati dan jiwanya masih juga memohon karunia, mohon pahala dan mengharapkan balasan baik dari hasil ilmunya itu kepada Allah. Ia beranggapan dirinya itu benar dan lebih baik dari orang-orang lain.
Tags:
Ilmu