Para 'ulama yang mempelajari tentang keajaiban hati, mempunyai perbedaan pendapat dalam hal ini, dan terbagi menjadi lima golongan.
Suatu golongan berpendapat bahwa : bisikan (bisikan syetan) itu, terputus dengan mengingat kepada Allah (berzdikir), karena Nabi saw bersabda :
فاذا ذكرالله خنس
( Fa idza dzakaral laaha khanasa )
Artinya : "Apabila mengingat Allah, maka hati itu mengendap (al khansu)" HR Ibnu Abid Dunya dari Anas
Al khansu adalah diam, seakan-akan hati itu diam.
Suatu golongan berkata : pokoknya bisikan itu tiada menghilang, akan tetapi berjalan di dalam hati dan tidak mempunyai bekas. Sebab apabila hati itu tenggelam dalam dzikir (menyebut den mengingat Allah) niscaya ia terhijab (terdinding) daripada berbekas dengan bisikan itu, seperti orang yang sibuk dengan cita-citanya.
Segolongan lagi berkata, bahwa bisikan syetan itu tiada hilang dan bekasnya juga tiada hilang. Tetapi yang hilang ialah, mengerasnya dalam hati, seakan-akan hati itu dibisikkan dari jauh dan bisikkannya lemah.
Segolongan berkata, bahwa bisikan itu seketika menghilang, ketika mengingat Allah (berdzikir). Pada saat yang lain, dzikir itu menghilang, dan bergantianlah keduanya pada waktu yang berdekatan.
Segolongan lagi berkata, bahwa bisikan syetan dan berdzikir itu, selalu berjalan bergandengan pada hati, yang tiada putus-putusnya. Sebagaimana manusia kadang-kadang melihat dengan kedua matanya dua bentuk dalam satu keadaan, maka begitu pula hati, kadang-kadang menjadi tempat berlalulnya dua benda.. Nabi saw bersabda : "Masing-masing hamba Allah (manusia) mempunyai empat biji mata. Dua biji pada kepalanya, untuk melihat urusan dunianya. Dan dua biji pada hatinya, untuk melihat urusan agamanya"
Kepada inilah, Al Muhasibi berjalan. Yang benar menurut kami, ialah bahwa semua madzhab (aliran) ini betul. Tetapi semuanya adalah singkat, daripada meliputi dengan segala macam bisikan.
Masing-masing mereka hanya memandang kepada semacam saja dari bisikan, lalu menerangkannya.
Bisikan (was-was) itu bermacam-macam :
Pertama : bahwa itu adalah dari segi penipuan kepada kebenaran. Sesungguhnya syetan itu kadang-kadang ia membuat penipuan dengan kebenaran. Ia berkata kepada manusia : "Tinggalkanlah bersenang-senang dari segala kesenangan. Sesungguhnya umur itu panjang. Dan sabar dari segala nafsu syahwat sepanjang umur, kepedihannya adalah berat."
Ketika itu, apabila hamba mengingat akan agungnya kebenaran Allah, besarnya pahala dan siksaNya, dan ia berkata kepada dirinya, bahwa sabar dari nafsu syahwat itu berat, akan tetapi sabar dari api neraka lebih berat lagi.
Kedua : adanya was-was itu dengan penggerakkan dan berkobarnya nafsu syahwat. Dan ini terbagi menjadi : yang diketahui oleh hamba Allah itu dengan yakin, bahwa itu perbuatan maksiat. Dan kepada apa yang disangkanya dengan keras sangkaan. Kalau diketahuinya dengan yakin, maka syetan itu mundur dari pengobaran nafsu syahwat. Jadi was-was (bisikan syetan) itu ada, akan tetapi dia tertolak dan tidak menang.
Ketiga : bahwa adanya was-was itu dengan gurisan hati semata-mata, mengingat hal-hal yang biasa dan berpikir pada bukan shalat umpamanya. Apabila ia menghadap kepada dzikir, niscaya tergambar bahwa bisikan itu tertolak sebentar dan kembali, tertolak dan kembali lagi. Maka silih berganti diantara dzikir dan was-was.
Dunia adalah pintu besar bagi syetan. Dan syetan itu tidak mempunyai satu pintu saja., tetapi mempunyai banyak pintu. Seorang ahli hikmah (filosof) berkata, bahwa syetan itu datang kepada manusia dari pihak perbuatan maksiat. Kalau manusia itu tidak mau, maka syetan datang dari segi nasehat. Kalau manusia itu enggan juga, maka disuruhnya menjaga diri dari dosa yang bersikap keras, maka diharamkannya yang tidak haram. Kalau tidak maka diragukannya dalam wudlu' dan shalatnya sehingga dikeluarkannya dari ilmu. Kalau enggan juga, maka diringankannya kepada amalan kebaikan, sehingga ia dilihat orang sebagai orang yang sabar dan terpelihara dari perbuatan yang tidak baik.