Membahas masalah hubungan Islam dengan Nasrani hendaklah dijadikan sebuah kajian yang pertama, sebelum kita mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan Hidup Kerohanian Islam (Tasawuf) Islam dikutip atau disebabkan adanya pengaruh Nasrani. Baca postingan (disini).
Untuk membahas masalah ini, hendaklah masing-masing pihak menghilangkan rasa fanatik, baik dari pihak Nasrani dan pihak Islam. Yang hadir karena aksi dan perebutan kekuasaan yang telah lebih dari seribu tahun lamanya, haruslah dihilangkan terlebih dahulu rasa fanatik tersebut dari dada orang yang melakukan penelitian. Sehingga benar-benar melakukannya dalam posisi netral tanpa adanya sentimen apapun.
Menurut kunci kepercayaan Islam yang asli, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini, adalah lanjutan ajaran daripada Nabi Isa as dan Nabi Musa as, dan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Nuh dan terus naik keatasnya. Dari pandangan Islam tidak ada nama Nasrani. Agama yang dibawa nabi Isa, adalah Islam juga dan Nabi Muhammad menyempurnakan risalah dari Nabi-Nabi yang dahulu. Islam pun mempercayai bahwasanya Nabi Isa Almasih, dilahirkan dengan kehendak Allah oleh Maryam binti Imran, dengan tidak mempunyai bapak. Beliau berbicara ketika masih erat menyusu, untuk melepaskan ibunya dari tuduhan. Beliau diangkat ke langit, atau mati, tetapi bukan di salipkan. Dan bagaimana pun juga kekurangan dan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, beliau bukanlah Tuhan dan bukan anak Tuhan. Tetapi hormatnya orang Islam kepada Isa sebagai seorang Nabi dan seorang Rasul, sebagaimana hormatnya kepada Nabi-Nabi yang lain.
Jadi perbedaan kepercayaan orang Islam dengan orang Kristen kepada Nabi Isa, adalah tentang "Filsafat Ketuhanannya" ini, dalam kalangan orang-orang Nasrani sendiripun terjadi perpecahan yang hebat. Bahkan sebelum datang Nabi Muhammad SAW, yaitu di dalam abad keempat telah ada seorang pendeta Nasrani. Blachius namanya yang menentang kepercayaan itu dan menyiarkan tantangannya di Roma, Afrika Utara dan Palestina, Fahamnya itu dibantah keras dan dia di usir dari masyarkat gereja yang berpengaruh saat itu. Seperti Majma' Kartagho, Majma' Molive dan Majma' Efesus III. Dan ditetapkanlah keputusan yang bulat di tahun 341, tentang Ketuhanan Isa Almasih.
Orang Islam memandang orang-orang Nasrani dan Yahudi adalah Ahlul Kitab, kaum yang diturunkan kepada mereka kitab-kitab suci. Meskipun terdapat berlainan kepercayaan, namun Islam mengakui kedua agama itu pada hakikatnya adalah satu rumpun dengan dia, yaitu kepercayaan Tauhid (Monoteisme). Di dalam kepercayaan Tauhid itu, cara orang-orang Yahudi memahamkan lebih dekat kepada yang dikuatkan oleh Islam. Tetapi oleh karena pertentangan-pertentangan politik juga, terutama di negeri Madinah, Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwasanya orang Nasrani lebih dekat kepada Islam dari orang Yahudi. Nabi memuji akan kaum Nasrani, karena walaupun terdapat beberapa kesalahan, namun dalam kalangan mereka terdapat pendeta-pendeta dan paderi. (Qissisin dan Ruhban) yang memang menyediakan dirinya untuk menyelidiki agama dengan seksama, "Berlinang mata mereka oleh air mata apabila mendengar kata kebenaran" demikian sabda Al Qur'an (Maidah ayat 86)
Oleh sebab itu jika kerap kali Nabi bersikap keras kepada orang Yahudi karena tantangan mereka yang keras pula ketika awal berdirinya Negara Islam di Madinah, maka tidaklah demikian sikap beliau kepada kaum Nasrani. Utusan-utusan Nasrani dari Najran ketika datang ke Madinah disambut dengan kehormatan yang sepantasnya dan dibiarkan sembahyang menurut upacara keyakinan mereka, di dalam Masjid Madinah. Dan sebelum Nabi beroleh kekuasaan, ketika sahabat-sahabat pengikutnya terdesak hidup di Mekkah, maka tanah Habsyi (Abbesinia) lah yang dipilih menjadi tempat hijrah pertama, lantaran agama mereka adalah Nasrani. Sebab ada keyakinan bahwa Nasrani dengan Islam adalah berdekat. Bahkan raja Habsyi yang bergelar Najasyi (Negus), setelah mendengar pokok kepercayaan Islam terhadap Isa Almasih, dengan segala senang hati telah memeluk Islam.
Kemudian setelah kekuasaan Islam itu jelas tegaknya, bolehlah dikatakan bahwa peperangan dengan orang Nasrani karena pertentangan agama tidaklah ada. Nabi berperang dengan kekuasaan Roma di Palestina, bukanlah karena pertentangan agama, tetapi pertentangan diantara kekuasaan bangsa Arab yang mulai tumbuh, dengan kekuasaan bangsa lain yang menjajah Arab.
Di waktu itu juga nampak bagaimana cepatnya terdapat persesuaian faham diantara kekuasaan Arab yang berdiri karena Islam, dengan suku-suku bangsa Arab yang memeluk agama Nasrani, tetapi ingin melepaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan asing, walaupun seagama, pemimpin-pemimpin pemeluk Nasrani Uskup dan pendeta-pendeta menekan surat-surat perdamaian dengan segala senang hati, sehingga sampai sekarang pengaruh itu masih nampak di tanah Arab, di negeri-negeri yang berpenduduk banyak Nasrani, seperti di Mesir, Syria, Palestina dan Lybanon dan sedikit Irak. Tetapi kemudian keadaan menjadi berubah, setelah di zaman sesudah itu terjadi pertentangan-pertentangan dengan kerajaan-kerajaan Roma Timur dan Barat, sampai kepada meyebrangnya orang Arab ke Spanyol, dan perebutan besar antara Raja Jerman Carlemagne dengan Harun Al Rasyid dan akhirnya terjadi peperangan Salib. Diambilnya agama Nasrani menjadi agama resmi oleh bangsa-bangsa Barat, dan tetapnya agama Islam menjadi sendi kekuatan bangsa Arab dan bangsa-bangsa Timur lainnya, telah membawa kepercayaan agama kepada pertentangan yang sangat mendalam. Yang sampai saat ini masih berat untuk menghilangkannnya. Sehingga kadang-kadang penyelidikan pengetahuan yang harusnya akurat, ditumbuhi oleh sentimen politik turun menurun. Orang kristen Barat suka sekali melecehkan Islam, dengan mengatakan bahwa agama Muhammad adalah caplokan dari anasir Nasrani. Dan orang Islam kerap kali merasa tersinggung apabila dikatakan agamanya adalah caplokan Nasrani.
Maka teori yang mengatakan bahwa Tasawuf Islam adalah diambil dari ajaran zuhud Nasrani, tidaklah terlepas daripada pengaruh ini. Walaupun ahli-ahli orientalis yang terkenal dan masyhur, seperti Noldke, Goldziher, Hourgronye, apalagi Kremer, tidaklah mudah melepaskan diri dari pada pengaruh ini. Sedangkan hilangnya pengaruh ini tidak lah cepat.
Pokok Tasawuf Islam yang asal, sekali-sekali bukanlah dari pada Nasrani. Dia adalah langsung dari sumber telaga Al Qur 'an, Al Hadits dan perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Tetapi lantaran pendekatan faham, terlepas dari suasana pertentangan politik, bukan sedikit pula kehidupan orang-orang suci dalam agama Nasrani dijadikan perumpamaan dalm kitab-kitab kaum Tasawuf. Zuhudnya nabi Isa Almasih kerap kali dijadikan contoh oleh Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.
Kata mereka, menganjurkan semangat membenci dunia yang ada dalam Tasawuf dan Kerohanian Islam, adalah dari Injil. BUKAN!!! Tetapi dari Al Qur'an sendiri. Sejak ayat Al Qur;an yang menyatakan tipu daya dunia jangan orang diperdayakannya.
"Ketahuilah olehmu bahwasanya dunia tidaklah lain hanyalah diantara kamu, dan memperbanyak harta dan keturunan, laksana hujan yang menakjubkan orang yang kafir karena akan menyuburkan tanamannya. Kemudian datanglah badai. Demi menguninglah kembali tanaman (hidup) itu, akhirnya menjadi hangus. Dan di akhirat adalah siksa yang pedih, dan ampunan Tuhan Allah dan RidhaNya. Dan tidaklah ada kehidupan dunia, hanyalah perhiasan yang menipu" (surat Al Hadid ayat 20 ). Dan banyaklah lagi ayat-ayat yang lain.
Kata mereka kaum Tasawuf memakai pakaian yanghanya dari bulu. Itulah dari Nasrani diamblnya. BUKAN!!! Bahkan Nabi sendiripun pernah memakai pakaian dari bulu dan menunggang keledai, Apalagi pakaian dari bulu itu rata-rata pakaian-pakaian bangsa Arab, atau bangsa-bangsa yang berdiam di padang pasir, baik di tanah Arab Tengah atau Palestina.
Seperti kita katakan tadi persamaan tujuan mencari keridhaan Tuhan, menyebabkan kehidupan -orang-orang mencari jalan kesucian itu kadang-kadang hampir serupa. Al Mubarraq menulis dalam bukunya "Al Kamil", bahwasanya dua orang Rahib (pendeta) datang dari negeri Syam ke Bashrah. Yang seorang berkata kepada temannya: "Alangkah baiknya jika kita pergi ziarah kepada Hasan Basri, yang kehidupannya itu serupa dengan kehidupan Al Masih."
Tentang Hasan Basri adalah seorang Ulama Fiqhi yang amat masyhur. Tabiin yang besar, perawi Hadits yang terkenal, dan Zahid (Shufi) yang amat terbilang.
Dengan ini jelaslah bahwasanya sumber telaga Tasawuf dan hidup kerohanian Islam adalah semata-mata Al Qur'an dan Hadits. Adapun setelah luas pergaulan kemudiannya, memang sudah terjadi ambil mengambil. Bukan saja kaum Islam yang mengambil dari Nasrani, tetapi Nasrani banyak pula mengambil dari Islam. Ingatlah bagaimana besar pengaruh filsafat keagamaan Al Ghazali atas pendeta Thomas Aquinas walaupun Ghazali selalu ditentangnya.